Kabar6-Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tangerang Selatan
(Tangsel), jumlah penduduk miskin di kota pemekaran termuda se Provinsi
Banten itu cenderung meningkat pada usianya yang ke empat tahun (2012).
Demikian disampaikan Pengamat Politik dan Kebijakan Publik
Universitas Islam Nasional (UIN) Ciputat, Zaki Mubarok, Kamis
(6/12/12).
“Jumlah penduduk miskin mengalami peningkatan hingga
3 persen pada tahun 2012. Dari 8 persen di Tahun 2011, sekarang jumlah
warga miskin mencapai 11 persen,” ungkap Zaki.
Artinya, kata
Zaki, Pemkot Tangsel kurang serius dalam menangani persoalan kemiskinan
ini. Padahal, dari total 1,3 juta penduduk Kota Tangsel, cukup banyak
yang masih berada di garis kemiskinan. Namun itu semua tidak terdata
dengan baik sehingga tidak jelas.
Untuk itu, Pemkot Tangsel
harus membuat parameter kemiskinan. Agar penganggaran program
kemiskinan menjadi terukur dan jelas. "Yang disebut miskin harus jelas,
karena banyak di wilayah ini, yang punya tanah luas karena warisan,
tapi pengangguran sehingga tidak mampu secara ekonomi. Apakah ini
disebut miskin," ucapnya setengah bertanya.
Saat ini Pemkot
Tangsel lebih fokus pada masalah infrastruktur. Hal ini tercermin
melalui angka di APBD 2012 yang mencapai Rp 1,95 triliun, sekitar 33
persen dialokasikan untuk pembangunan dan perbaikan infrastruktur itu.
Masalah pendidikan dan kesehatan mendapat porsi 30 persen, pelayanan
pemerintah 29 persen dan sektor lesejahteraan rakyat hanya 26 persen.
"Pemkot Tangsel jangan terlalu konservatif dalam menyusun APBD, harus
ada keseriusan dalam menangani masalah kemiskinan," ucapnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tangsel, mengatakan Jumlah rumah tangga
miskin di kota Tangerang Selatan ( Tangsel ) mencapai 20.057 rumah
tangga. Angka ini berdasarkan Pendataan Perlindungan social ( PPLS )
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tangsel tahun 2011.
“Dari
jumlah rumah tangga di Tangsel yang mencapai 35.491 rumah tangga,
20.057 diantaranya tergolong miskin. Ini artinya yang tidak miskin hanya
10 ribuan,” ungkap Kepala BPS Tangsel, Darusman.
Lebih lanjut
Darusman menjelaskan, rumah tangga miskin di Tangsel dibedakan menjadi
3 golongan. Yakni golongan pertama paling miskin yang mencapai 4.563
rumah tangga, golongan kedua, miskin mencapai 7.747 rumah tangga dan
golongan ketiga hampir miskin yang mencapai 7.747 rumah tangga.
Untuk jumlah rumah tangga miskin terbanyak adalah di kecamatan
Pamulang, yakni mencapai 1.124 rumah tangga, dan yang paling sedikit
adalah di kecamatan Setu. “Ini dikarenakan jumlah penduduk di setu juga
paling sedikit,” imbuh Darusman.
Sementara sekretaris Dinas
sosial tenaga kerja dan transmigrasi (Dinsosnakertras), Dewanto
mengatakan, data dinas sosial berdasarkan penerima raskin sebesar18.828
jiwa masyarakat miskin di Tangsel, namun data ini belum
semuanya,sehingga perlu dilakukan pendataan kembali terkait jumlah
masyarakat miskin di Tangsel.
Dewanto mengatakan, jumlah
masyarakat miskin di Tangsel tidak hanya dari penerima raskin saja,
namun juga ditambah dengan data penganguran yang ada di
Tangsel,sehingga Dia menjelaskan berdasarkan data kisaran 130 ribu jiwa
masyarakat Tangsel yang miskin, sehingga ini menjadi pekerjaan rumah
Dinsosnakertrans.
“Kita akan memvalidasi data antara data Dinsosnakertrans dengan BPS,supaya data kemiskinan di Tangsel jelas,” katanya.
Lanjutnya, Dinsosnakertrans dalam mengatasi kemiskinan dengan melakukan
berbagai kegiatan pelatihan kewirahusaan dan keterampilan menjahit
supaya masyarakat bisa menjadi seorang wirausaha.(Turnya)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar